Table of contents: [Hide] [Show]

BAJABARU.comDr. Majdi Al-Hilali mengungkapkan bahwa Hasad adalah salah satu faktor yang dapat mengakibatkan kerusakan pada perbuatan baik seseorang. Hal itu ditulis oleh beliau dalam karyanya yang berjudul “Adakah Berhala pada Diri Kita”. Bahkan, beberapa hal tersebut dapat membawa seseorang terjerumus ke dalam bentuk kemusyrikan yang tersembunyi, yang sering disebut sebagai syirik khafi.

Amalan saleh yang rutin dilakukan oleh umat Muslim bertujuan untuk mendapatkan pahala dan keberkahan dari Allah SWT. Meskipun begitu, setiap Muslim perlu berhati-hati dalam berperilaku, karena beberapa tindakan dapat merusak nilai positif dari amal saleh yang telah dilakukan.

Berikut adalah beberapa faktor yang dimaksud:

1. Zalim

Tindakan zalim merupakan perilaku tercela yang sangat tidak disenangi oleh Allah SWT. Menurut sumber yang sama, ketika seseorang terlibat dalam perbuatan zalim, ia berada dalam keadaan di mana doa-doa orang yang menjadi korban zalimnya akan diijabah oleh Allah SWT.

Lebih dari itu, pelaku zalim juga akan mendapatkan dosa dan amal ibadahnya tidak akan diterima. Pada hari kiamat nanti, orang-orang yang bersikap zalim akan kehilangan pahala amal kebaikan mereka. Rasulullah Muhammad SAW bersabda,

“Orang yang bangkrut di antara umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat membawa pahala salat, puasa, dan zakat. Akan tetapi, dia juga telah mencela orang ini, memakan harta orang itu, menumpahkan darah orang ini, dan memukul orang itu.

Lantas, orang yang dizalimi ini diberikanlah kebaikan-kebaikannya untuk orang yang dizalimi yang ini, diberikan pula kepada korban kezaliman yang lain. Hingga apabila kebaikannya telah habis sedangkan kezalimannya belum semua terbayar maka sebagian dosa-dosa orang-orang yang dizalimi akan dipikulkan kepadanya, lalu dia dilempar ke dalam neraka.” (HR Muslim)

2. Bergunjing

Bergunjing atau melakukan ghibah merupakan perilaku yang dapat merusak amal saleh di kalangan umat Muslim. Seperti yang diungkapkan dalam buku berjudul “Ghibah: Sumber Segala Keburukan” karya Shakil Ahmad Khan dan Wasim Ahmad, saat seseorang terlibat dalam ghibah, orang yang menjadi bahan gosip tidak hadir atau terlibat dalam pembicaraan, sehingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk membela diri.

Ustaz Adi Hidayat, seperti yang disampaikan dalam buku tersebut, menjelaskan bahwa pahala amal saleh yang seharusnya diperoleh oleh pelaku ghibah akan dialihkan kepada orang yang menjadi objek ghibah. Ghibah yang dilakukan pada masa mendatang bahkan dapat berujung pada timbal balik keburukan yang akan dialami oleh orang yang digunjingkan.

Hasad adalah Salah Satu Faktor Perusak Amal Saleh

3. Hasad

Hasad adalah perasaan ketidakpuasan terhadap kebahagiaan dan berkah yang Allah berikan kepada orang lain, baik itu teman, kerabat, tetangga, keluarga, atau bahkan saudara.

Dalam Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwa hasad adalah merujuk pada sikap negatif berupa kebencian dan ketidaknyamanan terhadap keberhasilan atau kebaikan yang dialami oleh seseorang yang tidak disukai.

Rasulullah SAW pun pernah memperingatkan umatnya untuk menjauhi hasad, mengingat bahwa hasad adalah perasaan yang dapat merusak semua amal kebajikan, seperti api yang membakar kayu bakar.

“Hindarilah kamu daripada hasad, karena hasad itu memakan segala amal kebajikan, bagaikan api memakan kayu bakar.” (HR Abu Daud)

4. Marah

Kemarahan dan gejolak emosi dianggap sebagai sikap negatif yang sebaiknya dihindari oleh umat Muslim. Pasalnya, keadaan marah dapat merugikan amalan-amalan baik yang telah dilakukan.
Allah SWT menyampaikan dalam surah Ali Imran ayat 133-134,

۞ وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ ١٣٣ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ ١٣٤

Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Dengan demikian, penting bagi umat Muslim untuk mengendalikan emosi, termasuk kemarahan, agar perbuatan baik yang telah dilakukan tidak terhambat oleh sikap negatif tersebut.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *