Bajabaru.com – Bangkalan, Terungkap dalam persidangan, pelaku pembunuhan pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pelayaran Brajaguna Kabupaten Bangkalan, hisap sabu-sabu sebelum melancarkan aksinya.

Dalam sidang ketiga Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri (Kejari) Bangkalan hadirkan 5 orang saksi mulai ibu korban, ibu tersangka, teman dan guru di SMK Pelayaran tempat koban dan tersangka sekolah.

Korban yakni Moh. Hifni (17) warga Desa Lergunong, Kecamatan Klampis. Sedangkan pelaku, kakak beradik MFA (18) dan MRAJ (17) warga Kelurahan Mlajah serta AFP (17) warga Kelurahan Kemayoran penadah motor korban.

Kasipidum Kejari Bangkalan, Himawan Harianto mengungkapkan pihaknya menghadirkan 5 orang saksi dalam sidang pembunuhan pelajar itu. Diantaranya 3 dari sekolah guru dan siswa, ibu korban dan ibu terdakwa.

“Sekarang ada 5 yang kami hadirkan, besok rencananya ada sejumlah saksi yang akan dipanggil lagi. Dari keterangan saksi ada juga yang melihat kebersamaan korban dan pelaku sebelum kejadian,” ungkapnya, Senin (29/1/2024).

Sementara keluarga korban melalui kuasa hukumnya, Bahtiar Pradinata dalam sidang ketiga membuka beberapa fakta. Diantaranya pelaku sempat hisap sabu-sabu sebelum mengeksekusi korban.

“Ada fakta baru yang makin menguatkan bahwa kasus ini murni berencana, pelaku sempat mampir di sanggar milik ibunya, kemudian ditempat itu nyabu dulu sebelum beranjak ke lokasi kejadian,” katanya.

Kasus ini, memang melibatkan anak berhadapan dengan hukum (ABH), namun fakta-fakta yang terungkap menunjukkan bahwa pembunuhan Hifni direncanakan sedemikian rupa. Pelaku dibunuh secara sadis oleh kakak beradik itu.

“Fakta-faktanya sangat jelas direncanakan, dari mulai berangkat hingga saat mengeksekusinya juga tidak menunjukkan belas kasih, padahal pelaku dan korban teman dekat. Hanya karena mengetahui aibnya, korban harus meregang nyawa,” jelas Bahtiar.

Kematian Moh. Hifni lanjut Bahtiar, baru diketahui oleh keluarga korban setelah 3 hari, saat jasadnya ditemukan di rawa-rawa oleh pemancing di Jl. Kinibalu, Desa Bilaporah.

“Pihak keluarga sempat bingung, selama 3 hari mencarinya, karena korban juga tidak megang handphone. Saat ditemukan pun sempat dikira kecelakaan dan pembegalan, baru diketahui setelah hasi autopsi, korban dipukuli dan ditenggelamkan kepalanya dengan cara diinjak,” pungkasnya.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *