Table of contents: [Hide] [Show]

    Sejarah – Kekuatan bangsa ini tak lepas dari peranan anak muda. Andil pemuda-pemudi kita pada saat itu memberikan sumbangsih yang tak bisa diabaikan untuk kemerdekaan bangsa ini, di antaranya adalah peran pemuda laskar Hizbullah yang kelak orang-orangnya lazim kita ketahui dalam organisasi GP Ansor.

    Sejauh sejak kelahirannya pada 1934, GP Ansor saat ini terbilang berkembang baik secara manajeman dan administrasi. Sebagai contoh, akreditasi organisasi berjalan baik mulai dari tingkat provinsi, kabupaten sampai ke tataran ranting. Hal ini kemudian yang menambah dan memberikan pengaruh kekuatan GP Ansor selain anggotanya yang mencapai 7 Juta orang.

    Namun sekali lagi, contoh di atas adalah salah satu sebab menguatnya GP Ansor dekade belakangan ini. Jauh sebelum itu kekuatan Ansor lahir dari upaya pengaderan berjenjang yang kemudian memengaruhi setiap kadernya menjadi militan, tentu militan yang dimaksud adalah militan terhadap organisasi GP Ansor. Atas dasar itu pula, maka GP Ansor Kota Bangkalan bermaksud akan segera mengadakan kegiatan Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) sebagai sarana penggodokan dasar di organisasi Ansor.

    Harapan, kegiatan tersebut dapat disambut dengan baik sebagai upaya penting bahwa GP Ansor juga mampu melahirkan anggota-anggota yang memiliki komitmen penuh pada organisasi, pengetahuan yang baik, fokus pada tujuan, tangguh, dan berjiwa pemimpin.

    Jauh dari semua itu harapan lain kami agar setiap anggota mampu memahami posisi sebagai anggota Ansor di tengah-tengah kepungan polarisasi akibat tensi politik dan sosial yang tinggi belakangan ini. Beberapa waktu yang lalu misalnya, kita dihadapkan pada situasi yang memprihatinkan, mulai dari tersanderanya beberapa politisi dengan kasus hukum yang diduga berkaitan dengan persoalan dukung-mendukung calon presiden atau bagaimana peran media sosial yang carut marut menyajikan kebenaran informasi serta hubungannya dengan kebijakan pemerintah serta sosial masyarakat beserta dampaknya (langsung maupun tak langsung) yang nantinya diterima masyarakat atau sebagai keutuhan sebuah bangsa.

    Situasi 2023-2024 memang cukup amburadul dan tidak bisa diprediksi. Tiba-tiba muncul Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden atau terkecohnya masyarakat kita dengan keputusan partai yang jelas-jelas berbeda Ideologi tetapi bisa bersatu sebab kepentingan meraih kekuasan, bahkan Prof Mahfud saja tergocek. Kita benar-benar tidak menyangka bahwa kekuatan sikap sebagian masyarakat kita lemah.

    Jadi, perlu sekali untuk kembali menyelami diri dan bertanya ‘apa yang perlu dipertahankan dan apa yang harus dilepaskan dalam hidup ini’. Untuk itu Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) bukan hanya sekedar duduk, mendengar penjelasan dari akademisi atau ahli di bidangnya, tetapi jauh lebih penting adalah menyatukan pikiran dan hati sehingga tumbuh sikap dan motivasi internal diri menjadi pribadi yang tidak mudah dipengaruhi oleh siapapun.

    Kelemahan ini bukanlah hal yang memalukan, hanya saja untuk menumbuhkan jati diri tidak cukup hanya obrolan di warung kopi atau memiliki banyak teman serta banyak guru. Lalu muncul pertanyaan susulan “Jika sekedar itu, apa tidak cukup membaca buku saja?” Tentu membaca buku sama pentingnya, tapi apakah cukup mengasah pisau jika bukan dengan baja penajam (Tempat asal). Kita tak akan memahami secara utuh apa itu Ahlussunnah Wal Jamaah jika sekedar belajar ‘Dengaran’. istilah hari ini, pun akan  sulit memahami gerakan Nahdlatul Ulama tanpa adanya ruang bahasan khusus, apalagi belakangan ini NUmulai pura-pura kembali ke khittah 1926. Maka jelas, kita memerlukan analisis pakar dan ruang khusus, agar kemudian kita semua dapat menyikapi dengan bijak kondisi Indonesia saat ini.

    Selamat melaksanakan PKD sahabat-sahabat, salam perjuangan!

    Share:

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *